Apa itu depresi?
Depresi ditandai oleh perasaan sedih yang berkepanjangan,
kehilangan minat atau kesenangan dalam aktivitas sehari-hari, dan gangguan pada
fungsi kognitif dan fisik lainnya.
Apa saja gejala depresi?
1) Perasaan sedih, cemas, atau hampa.
2) Hilangnya minat atau kesenangan dalam aktivitas yang
sebelumnya dinikmati.
3) Perubahan berat badan yang signifikan
4) Gangguan tidur
5) Ketidakmampuan untuk duduk diam
6) Kelelahan
7) Perasaan tidak berharga, bersalah, atau merasa gagal,
bahkan dalam hal-hal kecil.
8) Kesulitan berkonsentrasi, berpikir jernih, mengambil
keputusan.
9) Gangguan fisik seperti sakit kepala, masalah pencernaan, atau nyeri tubuh yang tidak dapat dijelaskan dengan kondisi medis lainnya.
10) Pikiran tentang kematian, bunuh diri.
Depresi itu terjadi akibat kekurangan monoamin di dalam
otak kita (seperti serotonin, dopamine, dan norepinefrin). Tetapi yang dominan
berperan yaitu norepinefrin (NE) dan serotonin (5HT). Oleh karena itu, obat-obat
antidepresan yang digunakan bisa meningkatkan 5HT atau NE di dalam otak.
Antidepresan merupakan terapi yang diindikasikan untuk
menangani depresi. Klasifikasi obat-obatan antidepresan:
1) Menghambat reuptake monoamine, seperti: Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI), Serotonin/Norepinephrine Reuptake Inhibitor (SNRI), Tricyclic Antidepressant (TCA).
Ø TCA: Kerja antidepresan golongan ini adalah memblok reuptake 5HT dan NE. Selain itu, TCA juga memblok reseptor di pasca sinap, yaitu: α1, H1, M1, dan M3. Berikut yang akan terjadi ketika reseptor-reseptor ini di blok:
- α1 à Hipotensi ortostatik dan pusing. Hipotensi ortostatik adalah kondisi tekanan darah rendah yang terjadi akibat perubahan posisi tubuh, misalnya berbaring lalu bangkit berdiri.
- H1 (Histamin
1) à Efek sedasi dan berat
badan bertambah
- M1 (Muskarinik
1) à Efek samping antikolinergik
(pandangan kabur, konstipasi, mulut kering)
- M3
(Muskarinik 3) à
Menurunkan aksi/kerja insulin.
Selain itu, TCA juga
memblok adenoreseptor (menyebabkan terjadinya hipotensi). Karena kerja TCA ini
tidak selektif (banyak reseptor yang di blok), penggunaan antidepresan TCA semakin
ditinggalkan oleh para medis. Efek samping antidepresan golongan TCA ini akan
berkurang dengan pemberian antidepresan golongan SSRI karena kerja SSRI itu
selektif (hanya memblok reuptake serotonin tanpa memblok reseptor yang
lainnya).
2) Monoamin oksidase inhibitor (MAOI).
Pada saat depresi, terjadi pengurangan kadar 5HT, dopamine, dan NE yang diperlukan untuk mengontrol mood. Oleh karena itu, diberikan obat-obatan antidepresan untuk menambah jumlahnya. Tetapi ketika diberikan obat yang bekerja dengan menghambat pengurangan dari 5HT tersebut, maka akan terjadi akumulasi atau peningkatan jumlah yang berlebihan dari 5HT di celah sinap. Karena ketika diberikan obat golongan MAOI ini, kerjanya menghambat enzim monoamine oksidase. Kerja dari monoamine oksidase yaitu: mendegradasi neurotransmitter. Yang artinya, neurotransmitter akan di degradasi/dihancurkan oleh enzim spesifik sehingga tidak bisa dikenali lagi oleh reseptor di membrane post sinap. MAOI terbagi 2 yaitu A dan B:
- MAO-A à monoamine oksidase yang memetabolisme NE, serotonin, tyramine.
- MAO-B à memetabolisme dopamine.
- Inhibitor MAO à menghambat jalur degradasi utama neurotransmitter amin (serotonin,
NE) à akumulasi.
- Inhibitor MAO-A à Depresi.
- Inhibitor MAO-B à Seleginin à Parkinson.
(1) Ketika kerja dari obat golongan
MAO ini diblok/dihambat, maka serotonin tidak dimetabolisme. Serotonin tetap
berada didalam celah sinap atau tetap berada didalam pra-sinap tetapi masuk
ke dalam vesikel untuk kembali dilepaskan dicelah sinap à dari sini sudah meningkat jumlah serotonin.
(2) Lalu misalnya ditambahkan
lagi obat antidepresan golongan SSRI. Dimana mekanisme kerja golongan SSRI ini
menghambat reuptake agar obat tetap berada pada celah sinap.
Neurotransmitter ketika dilepaskan di
celah sinap akan mengalami 3 nasib, yaitu:
· Akan berikatan dengan
reseptornya pada pasca sinap.
· Akan dimetabolisme oleh
enzim di celah sinap.
· Akan diambil kembali / di reuptake untuk masuk ke
dalam pra-sinap. Di dalam pra-sinap ini bisa nanti dimetabolisme juga atau
ketika nanti metabolismenya dihambat akan masuk kembali ke vesikel.
Dengan demikian, serotonin yang berada pada celah sinap
jumlahnya akan sangat banyak atau berlebihan. Kondisi ini dinamakan Serotonin
Syndrome. Gejala Serotonin Syndrome, yaitu: perubahan status mental, mulut
kering, berkeringat atau demam, hyperthermia, diare atau mual, tremor, kekakuan
otot, mood naik turun, bahkan menyebabkan kematian (jarang terjadi).
3) Monoamin reseptor antagonis
Ø Presynaptic alpha-2 adrenergic/serotonin antagonist. Serotonin antagonis berarti reseptor serotonin diblok kerjanya. Disini yang diblok adalah autoreseptor / heteroreseptor.
- Kerja dari autoreseptor yaitu reseptor yang ketika di duduki akan beri negative feedback. Yang dimana artinya, misalkan ketika serotonin dilepaskan di celah sinap maka secara normal sebahagian serotonin ini akan berikatan dengan autoreseptor. Tujuannya adalah untuk memberikan informasi kepada pra-sinap. Informasi berupa untuk memberitahukan bahwa serotonin sudah cukup di celah sinap sehingga tidak perlu dilepaskan serotonin yang ada di vesikel. Atau dengan kata lain, negative feedback adalah untuk memberikan informasi negative supaya tidak dilepaskan neurotransmitter ke celah sinap à maka ini harus di blok (serotonin antagonis). Diblok autoreseptornya. Itu artinya, maka serotonin akan tetap dilepaskan ke celah sinap karena tidak ada informasi negative à sehingga semakin banyak serotonin di celah sinap.
- Heteroreseptor à bekerja bukan pada sel yang menghasilkannya. Hal ini guna untuk mencegah supaya neurotransmitter tidak dilepaskan ke celah sinap tetapi yang diikatnya adalah sel saraf disebelahnya. Hal ini akan memengaruhi pelepasan NE atau NE mengikat α2 di prasinap serotonin yang akan menghambat pelepasan serotonin.
Thank you for reading.
BalasHapusKeren martha, keep going
BalasHapusThank you apoteker khalil :)
Hapus