Pharmaceutical Care pada Pasien Pneumonia
Pharmaceutical Care di definisikan pertama kali oleh Prof. Linda Strand sebagai : “Responsible provision of drug therapy for the purpose of achieving definite outcomes that improve a patient’s quality of life.”
Manfaat
Pharmaceutical Care pada pasien pneumonia, yaitu:
1)
Meningkatkan kepatuhan terhadap pedoman klinis pneumonia
2)
Meningkatkan de-eskalasi antibiotik (pemakaian antibiotik yang lebih spesifik) tanpa
merugikan pasien.
3)
Menurunkun re-admisi (suatu kejadian dimana pasien bolak-balik dirawat di rumah
sakit) pasien risiko tinggi yang didiagnosis pneumonia.
Alur
Pelayanan ketika melakukan Farmasi Klinis di bangsal, yaitu:
1)
Pertama kali yang kita lakukan adalah melakukan kunjungan ke ruang perawatan.
Diruang perawatan kita akan menemukan yang namanya Medical Record baik yang elektronik maupun yang manual.
2)
Kita melakukan telaah terhadap Medical
Record, seperti kita melakukan monitoring regimen terapi yang telah
diberikan oleh sejawat dokter.
3)
Dari regimen terapi yang sudah diberikan tersebut, kita melakukan Monitoring
Efek Samping Obat (MESO). Kita cek apakah ada dari regimen terapi tersebut yang
berpotensi menimbulkan efek samping pada pasien.
4)
Melakukan monitoring administrasi, misalnya apakah obat yang diresepkan
tersebut masuk ke dalam Formularium Rumah Sakit atau tidak, apakah obat yang
diresepkan itu sudah sesuai dengan restriksi Formularium Nasional atau tidak. Ketika
ada permasalahan di administrasi tersebut, kita harus melakukan tindak lanjut
manajerial, yaitu kita melakukan komunikasi dengan pihak pimpinan yang lebih
tinggi apakah obatnya di setujui atau tidak.
Catatan:
Sebagai seorang Apoteker, kita mempunyai dua sisi, yaitu yang pertama adalah
sisi klinis dan yang kedua adalah sisi managerial. Kedua hal ini sama sekali tidak
terpisahkan.
5)
Ketika kita melakukan monitoring terapi dan monitoring efek samping obat, kita
juga melakukan visite pasien. Tujuannya untuk melihat kondisi pasien saat ini,
untuk melihat perkembangan pasien setelah mengonsumsi obat-obatan yang
diresepkan oleh sejawat dokter, dan juga mengedukasi pasien ataupun keluarga
pasien tentang obat-obatan yang dikonsumsi.
6)
Semua data ini kita rangkum lalu kita padukan kedalam SOAP. Data ini dapat kita
jadikan dasar rekomendasi terapi jika memang diperlukan. Jika memang diperlukan
rekomendasi terapi, kita komunikasikan kepada dokter penanggung jawab pasien
tersebut.
7)
Kita juga melakukan dokumentasi terhadap semua data yang sudah kita kumpulkan
tadi.
8)
Terakhir kita melakukan pelaporan.
Pemantauan Terapi Obat
(PTO) Antibiotika pada Pasien Pneumonia
PTO
merupakan proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman,
efektif, dan rasional bagi pasien. Kegiatan tersebut mencakup: pengkajian
pilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respons terapi, reaksi obat yang
tidak dikehendaki (ROTD), dan rekomendasi perubahan atau alternatif terapi. PTO
harus dilakukan secara berkesinambungan dan dievaluasi secara teratur pada
periode tertentu agar keberhasilan ataupun kegagalan terapi dapat diketahui.
Antibiotika
merupakan obat yang paling sering digunakan pada kasus pneumonia, sehingga fokus
PTO Pneumonia adalah penggunaan antibiotika. Waspada terhadap beberapa
antibiotika yang dapat memperburuk masalah medis pasien, misalnya penggunaan
Siprofloksasin pada pasien dengan gangguan ginjal berat, atau penggunaan
antibiotika pada pasien dengan riwayat alergi antibiotika.
Kita
juga melakukan identifikasi Efek Samping Obat (ESO) potensial antibiotika yang
dapat memperpanjang LOS (Length of Stay
/ Lama Rawat Inap) pasien. ESO potensial adalah ESO yang belum tentu terjadi
pada pasien tetapi bisa saja terjadi pada pasien kalau kondisinya tepat. Kita
tentunya juga harus waspada terhadap interaksi obat, baik interaksi antara obat
dengan obat maupun interaksi obat dengan makanan. Interaksi obat secara
Farmakokinetika (Absorpsi, Distribusi, Metabolisme dan Eksresi) maupun
interaksi obat secara Farmakodinamika.
** Mengenal Penyakit Pneumonia bisa klik disini.
Thank you for reading!
BalasHapus